PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
MUTU PROYEK
1.
MANAJEMEN KONTRUKSI
Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari
dan mempraktikkan aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi.
Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model
bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan
dalam sebuah proyek pembangunan.
Construction Management Association of America
(CMAA) menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang manajer
konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen
waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan dan praktik
profesional.
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri
Konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai
manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek Anda.
Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan semua yang diperlukan studi
kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah
spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik,
pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun
aktual bawah pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen dari para
profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. netralitas ini memungkinkan
untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan
consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat
maksimal.
Peran
Manajemen Konstruksi
Manajemen
konstruksi dijalankan secara langsung oleh manajer konstruksi dimana dalam praktiknya
manajer tersebut memiliki beberapa peran sebagai pelaksana pembangunan.
Peran-peran tersebut antara lain:
1.
Agency Construction Management (ACM)
Dengan
adanya manajer konstruksi dalam sebuah perusahaan yang sedang mengalami
pembangunan tentunya akan berperan sebagai koordinator penghubung antara
perancangan dengan pelaksanaan dan juga antar kontraktor. Manajer
konstruksi-lah yang memiliki kewajiban untuk membuat kontrak dengan para
kontraktor sesuai dengan porsi pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan.
2.
Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Kontraktor
sering kali diperankan oleh seorang manajemen kontraktor, dimana tujuannya
adalah untuk menghindari konflik karena adanya perbebedaan tujuan dari pihak
kontraktor dan pihak manajemen.
3.
Owner Construction Management (OCM)
Dalam
manajemen konstruksi profesional akan dikembangkan kembali oleh pemilik
perusahaan. Oleh karena itu pihak manajemen akan bertanggung jawab juga
terhadap manajemen proyek.
4.
Guaranted Maxium Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan
konstruksi akan bertindak ke arah kontraktor dibanding sebagai wakil pemilik.
Sehingga GMPC bertanggung jawab terhadap pemilik terkait waktu, biaya dan mutu
dan tidak melakukan pekerjaan konstruksi. Mudahnya, dalam peran ini manajer
bertindak sebagai pemberi kerja terhadap kontraktor.
Fungsi
dan Tujuan Manajemen Konstruksi
Dengan
mendalami pengertian manajemen konstruksi, ada beberapa hal mengapa dengan
adanya manajemen konstruksi dalam bisnis menjadi sangat penting. Terutama pada
bisnis yang membutuhkan pembangunan seperti properti.
Pada
dasarnya manajemen konstruksi menerapkan fungsi manajemen dari suatu proyek
dengan memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan efisien demi mencapai
tujuan. Berikut beberapa fungsi manajemen konstruksi:
1.
Perencanaan (Planning)
Dari
segi perencanaan, manajemen konstruksi berfungsi dalam menentukan proyek
pembangunan yang seperti apa yang akan dikerjakan, kapan dan bagaimana caranya.
Seorang manajer konstruksi wajib menjadi pengambil keputusan atas rencana
pembuatan konstruksi.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Manajemen
konstruksi berfungsi untuk membentuk organisasi atau divisi-divisi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan sebuah proyek sesuai yang sudah direncanakan.
Manajer memiliki hak untuk memberikan penempatan beberapa tim atau anggota
kerja ke dalam suatu divisi.
3.
Pengarahan (Actuating)
Adanya
manajemen konstruksi maka dapat melakukan pembinaan atau pengarahan seperti
memberikan pelatihan, bimbingan dan bentuk arahan lainnya agar setiap tanggung
jawab yang diberikan terlaksana dengan baik.
4.
Pengendalian (Controlling)
Manajemen
konstruksi bertindak sebagai pengawas terhadap kegiatan proyek dan melakukan
evaluasi jika saja terjadi penyimpangan dalam suatu divisi selama proyek
berlangsung. Maka seorang manajer akan melakukan pencegahan dan upaya
antisipasi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Jika
dilihat dari pengertian manajemen konstruksi, maka ada beberapa fungsi lain
dari manajemen konstruksi selain fungsi-fungsi yang sudah disebutkan diatas,
yaitu sebagai:
- Cost control (pengendalian biaya)
- Quality control (pengawas dari perencanaan hingga pelaksanaan)
- Time control
Tugas
Manajemen Konstruksi
Setelah
memahami pengertian manajemen konstruksi serta fungsi dan tujuannya, maka kita
juga perlu mengetahui apa tugas manajemen konstruksi Secara garis besar tugas
manajemen konstruksi adalah:
- Mengawasi proses pekerjaan di lapangan dan memastikan
pelaksanaan kerja sesuai dengan metode konstruksi yang benar
- Meminta penjelasan pekerjaan dan laporan progres dari
kontraktor secara tertulis
- Manajemen konstruksi berhak untuk menegur atau bahkan
menghentikan proses pekerjaan bila tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan
- Melakukan rapat rutin (mingguan dan bulanan) dan
melibatkan konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor dalam rapat
tersebut
- Bertanggungjawab langsung kepada owner atau wakilnya
dalam menyampaikan informasi progres pekerjaan proyek
- Bertanggungjawab dalam pengesahaan material yang akan
digunakan dalam proyek
- Mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasi pelaksanaan
pekerjaan oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu
- Bertanggungjawab dalam pengesahan adanya perubahan
kontrak yang diajukan oleh kontraktor
- Melakukan pemeriksaan pada shop drawing dari kontraktor
sebelum dilakukan pelaksanaan pekerjaan
- Memastikan metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor
agar sesuai dengan syarat K3LMP (kesehatan dan keselamatan kerja,
lingkungan, mutu, dan pengamanan)
- Bertanggungjawab dalam memberikan instruksi tertulis
jika ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempercepat jadwal namun
tidak disebutkan dalam kontrak
2. MANAJEMEN KUALITAS DALAM PROYEK
KONSTRUKSI
TINJAUAN MUTU (QUALITY) DAN PENGELOLAAN
MUTU (QUALITY MANAGEMENT)
Dalam arti yang luas
“mutu” atau “kualitas” bersifat subyektif. Suatu barang yang amat bermutu bagi
seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu, dunia usaha dan
industri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan,
misalnya ISO 8402 (1986):[1]
“Mutu adalah sifat dan karakterisk produk atau jasa yang
membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).”
Sementara definisi lain untuk
mutu yang sering diasosiasian dengan proyek adalah fitness for use. Istilah ini
disamping mempunyai arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan
masalah tersediaya produk, kehandalan dan masalah pemeliharaan.
Definisi diatas tentunya akan
sangat bervariasi tergantung pada masing-masing bidang usaha maupun industri.
Akan tetapi secara umum ada 4 (empat) spektrum mutu/kualitas yakni kualitas
perencanaan (quality planning), pemantauan kualitas (quality control),
jaminan kualitas (quality assurance)
dan pengembangan kualitas (quality improvement).[2]
Manajemen mutu/kualitas
mengadopsi beberapa prinsip-prinsip manajemen[3],
yang dapat diterapkan pada puncak manajemen perusahaan untuk menjadi pedoman
bagi organisasi dalam mengembangkan kinerja organisasi. Beberapa prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Fokus pada keinginan konsumen (customer focus)
Suatu perusahaan dapat menjaga dan
mengembangkan konsumennya, bilamana perusahaan dapat mengerti dan memahami
tuntutan dan kebutuhan konsumen saat ini dan mendatang, sehingga berusaha
memenuhi kebutuhan dan mencoba memenuhi ekspetasi konsumen adalah kuncinya.
2.
Kepemimpinan (Leadership)
Para pemimpin dalam setiap unit dalam suatu
organisasi perusahaan (penyedia jasa konstruksi) menyiapkan dan diarahkan untuk
mengembangkan budaya kualitas. Mereka harus dapat mengkreasikan dan memelihara
budaya kualitas dalam setiap lingkungan internal yang dipimpinnya, mendorong
setiap anggota timnya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni pencapaian target
kualitas/mutu pekerjaan, dan dalam hal ini mencapai mutu/kualitas pekerjaan
konstruksi.
3.
Pengembangan Individu (Involvement of people)
Setiap individu baik karyawan maupun pemimpin
pada setiap level perusahaan jasa konstruksi harus memahami budaya manajemen
kualitas. Setiap individu harus berusaha mengembangkan segala kemampuan dan
kemungkinan yang dapat digunakan bagi keuntungan perusahaan.
4.
Pendekatan proses (Process approach)
Hasil yang buruk dapat dikurangi bila setiap aktivitas
dan kebutuhan sumber daya (manusia, material/bahan/alat, waktu) dikelola dalam
suatu organisasi perusahaan sebagai suatu proses.
5.
Pendekatan Sistem Pada Manajemen (System approach to management)
Suatu organisasi perusahaan dapat efektif dan
efisien dalam mengembangkan target dan tujuan mutu/kualitas yang merupakan
kontribusi dari tahap identifikasi, pemahaman dan pengelolaan semua proses yang
saling terkait sebagai suatu sistem.
6.
Terus Berkembang (Continual improvement)
Salah satu target tujuan kualitas/mutu secara
permanen dari suatu organisasi adalah terus mengembangkan kinerja pencampaian
mutu semua aktivitasnya.
7.
Perumusan Keputusan Berdasarkan Pendekatan Fakta (Factual approach to decision
making)
Keputusan-keputusan yang efektif adalah
beranjak dari dari analisis data dan informasi yang benar.
8.
Membangun Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Suplier (Mutually beneficial supplier
relationships)
Sejak hubungan antara suatu
perusahaan (penyedia jasa konstruksi) dan supliernya adalah interdependent, maka perlu dikembangkan hubungan yang saling
menguntungkan diantara keduanya untuk memungkinkan pengembangan meningkatkan value keduanya.
8 (delapan) prinsip dasar ini
berbasis pada Quality Management System (QMS)
standard dalam ISO 9001:2008.[4]
Pengelolaan mutu (Quality Management)
bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama tanpa adanya
pengulangan (to do right things right the first time) dengan cara-cara yang
efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari
pengelolaan proyeks secara keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai
berikut:
1.
Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
2.
Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu,
biaya dan jadwal
3.
Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
4.
Implementasi Program QA/QC.
Gambar 1 memperlihatkan hubungan dan pembentukan program
QA perusahaan, program QA Proyek, dan QC proyek yang merupakan unsur-unsur
pengelolaan mutu proyek.
Sumber : Soeharto
Iman, “Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai
Operasional”, Editor Yati
Sumiharti, Cet.3 Jakarta Erlangga, 1997.
Gambar 1. Program QA/QC Proyek
Perlu juga dipahami bahwa
penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai proyek dinyatakan selesai.
Pada priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi pekerjaan spesifik,
yang kemudian diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai keahlian. Jadi
semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kualitas/mutu, bila
melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi mutu. Atau dengan kata
lain harus selalu berorientasi kepada mutu.
Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan
dan langkah sistematis yang diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa
instalasi atau sistem yang akan diwujudkan dapat beroperasi secara memuaskan.
Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu yang
memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur,
komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi
tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan, pengukuran dan pemeriksaan apakah
kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan lainnya telah memenuhi
dan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini
berupa SNI, maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan
pekerjaan konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi
meliputi sebagai berikut:
NI-2
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1997.
NI-3
Peraturan umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
NI-5
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
NI-8
Semen Potland
SNI 03-1750-1990
Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton.
SNI 15-2049-1990
Mutu dan Cara Uji Semen
Portland.
SNI 03-2052-1990
Baja Tulangan Beton.
SNI 03-6861.1-2002
Spesifikasi air sebagai Bahan
Bangunan.
SNI
03-6883-2002 Spesifikasi
Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton.
Inspeksi dan pengetesan dilakukan secara
konfrehensif, dan dalam konteks ini dimaksudkan dengan inspeksi adalah mengkaji
karakteristik obyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu standar
yang ditentukan, misalnya standar SNI diatas. Dengan tahapan sebagai berikut:
2. MANAJEMEN BIAYA
RAB (Rencana Anggaran Biaya) adalah perhitungan banyaknya biaya
yang dibutuhkan baik upah maupun bahan dalam sebuah perkerjaan proyek
konstruksi, membangun rumah, atau meningkat rumah, gedung, jembatan, masjid,
dan lain-lain.
Rencana Anggaran Biaya dibuat berdasarkan uraian pekerjaan yang disusun menurut jenis pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan konstruksi dan disusun berdasarkan gambar kerja dan RKS ( Rencana Kerja dan Syarat ) dengan memperhitungkan segala biaya pengadaan bahan maupun alat.
Berikut ini langkah-langkah cara menghitung RAB:
Rencana Anggaran Biaya dibuat berdasarkan uraian pekerjaan yang disusun menurut jenis pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan konstruksi dan disusun berdasarkan gambar kerja dan RKS ( Rencana Kerja dan Syarat ) dengan memperhitungkan segala biaya pengadaan bahan maupun alat.
Berikut ini langkah-langkah cara menghitung RAB:
- Membuat item Pekerjaan dan Menghitung Volume
Pekerjaan
Sebelum
kita membuat RAB kita terlebih dahulu meguraikan pekerjaan menjadi
bentuk pokok-pokok pekerjaan yang akan menunjukkan lingkup pekerjaan tersebut.
Berikut ini Contoh Item Pekerjaan :
Setelah menguraikan item pekerjaan,
kemudian kita menghitung Volume setiap item pekerjaan tersebut. Contoh : Kita
mempunya lahan dengan Panjang 4m dan Lebar 5m, maka Volume dari lahan
tersebut adalah (P) 4 x (L) 5 = 20 M2 (meter Persegi). Setelah semua item
pekerjaan dihitung beserta volume nya kita lanjut ke tahap berikut nya .
2. Membuat Daftar Harga Satuan Upah
dan Bahan
Dalam membuat Harga
Satuan Upah dan Bahan, kita bisa melakukan survey ke toko material atau
mengikuti harga standar setiap masing-masing daerah.
Berikut ini contoh Daftar Harga
Satuan.
3. Membuat Analisa Harga Satuan
Pekerjaan per item pekerjaan
Analisa Harga Satuan Pekerjaan
adalah perhitungan kebutuhan bahan, upah dan alat untuk melaksanakan pekerjaan.
Analisa Harga Satuan pekerjaan bisa mengacu dan merujuk ke Analisa Harga Satuan
SNI. Contoh Analisa Harga Satuan SNI format excel bisa di download disini
Berikut ini contoh Analisa Harga
Satuan Pekerjaan:
4. Membuat Rencana Anggaran Biaya
Langkah Selanjutnya adalah
mengkalikan Volume pekerjaan dengan Harga satuan pekerjaan. Contoh untuk
membuat 1m kubik beton dianalisa didapatkan nilai Rp. 300.000, berarti
kita tinggal mengalikan volume keseluran pekerjaan beton dengan hasil analisa
harga satuan pekerjaan beton tersebut.
Contoh gambar nya seperti ini :
Demikian postingan saya tentang RAB,
semoga bermanfaat.
2. MANAJEMEN WAKTU
Definisi Time Schedule
Jadwal pelaksanaan (Time
Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi pelaksanaan proyek secara
menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan lancar.
Fungsi Time Schedule
1)
Sebagai pedoman
kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai pedoman direksi untuk
mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai jadwal atau tidak.
2)
Sebagai pedoman
untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
3)
Sebagai pedoman
untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.
4)
Untuk menentukan
tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.
5)
Untuk memperkirakan
biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu, serta untuk
memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan, serta material yang
digunakan.
Jenis
Time Schedule
Dalam proyek konstruksi terdapat
beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa digunakan baik untuk
proyek yang berskala kecil sampai yang besar baik yang bersifat formal maupun
non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi sering kita temukan jenis
penjadwalan atau schedule berupa penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan
Curve-S yang berfungsi memproyeksikan kemajuan progres bobot pekerjaan dan
waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas model penjadwalan memiliki
beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam proses perencanaan maupun
selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk time schedule dalam
proyek konstruksi, diantaranya:
1) Schedule
Waktu Tertentu
Schedule waktu tertentu seperti
Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan.
2) Bar
chart
Sekumpulan daftar kegiatan yang
disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom arah horizontal menunjukkan skala
waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
3) Curve-S
Sebuah jadal pelaksanaan yang
disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai huru S. Model penjadwalan
semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk memberikan informasi berupa
bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100% berdasarkan waktu durasi
proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut membentuk kurva yang
berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam memonitoring kemajuan pekerjaan
dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas
proses administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan
proyek yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu
pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau
keterlambatan/varian Curve-S.
4) Gantt
Chart
Berupa model penjadwalan atau
schedule yang memproyeksikan item pekerjaan/pada sumbu y terhadap waktu
pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gantt secara horizontal sepanjang
waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model penjadwalan ini
berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan
secara sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa kemajuan proyek
berdasarkan jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi dan tidak
memberikan informasi lainnya seperti kinerja biaya, jalur kritis dan bobot
pekerjaan.
5) Earned
Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)
Model penjadwalan atau schedule
semacam ini pada dasarnya merupakan instrumen pengukuran kinerja/performance
nilai hasil terhadap waktu dan biaya suatu proyek khusunya di bidang
konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM yaitu:
a)
Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned Value
(EV)
Yaitu nilai hasil bobot pekerjaan
aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan pada setiap item
pekerjaan yang telah dikerjakan.
b)
Actual Cost Work Performance (ACWP)
Merupakan parameter yang
menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada suatu pekerjaan sampai
periode dilakukannya evaluasi kinerja.
c)
Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned
Value/PV
Parameter yang menunjukkan
rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan perencanaan schedule yang
dibuat.
Pemodelan penjadwalan kinerja ini
juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians waktu dan biaya proyek,
indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan dalam meramalkan/estimasi
total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan berdasarkan index kinerja
proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi. Earned Value
Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).
6) Network
Planning/Jaringan Kerja
Jadwal kegiatan pekerjaan
berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam penyelenggaraan proyek
yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan kegiatan yang ada didalam
proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen pengukuran jadwal proyek
dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item pekerjaan yang
berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan yaitu
dapat menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time dan waktu paling lama
atau Latest Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya pada setiap item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Model jaringan kerja bisa berupa
Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method (PDM) dan Program
Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan kerja tersebut
disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk metode PERT
lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu estimasi
penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas waktu pelaksanaannya
dapat lebih cepat ataupun lama.
7) Resources
Scheduled Distribution
Model penjadwalan ini merupakan
uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana dalam penjadwalan ini hanya berfokus
pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama proses konstruksi baik distribusi
jadwal tenaga kerja, material dan peralatan proyek. Fungsi dari model
penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi target alokasi sumber daya
berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada periode pelaksanaan
proyek, sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu alokasi sumber
daya proyek di lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek
secara keseluruhan.
Pembuatan
Time Schedule
Pembuatan
jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa faktor:
1) Kondisi
Atau Keadaan Lapangan
Seperti memantau kondisi di
lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun untuk proyek konstrusi tersebut
atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang diperlukan dalam
pelaksanaan.
2) Metode Pelaksanaan
Spesifikasi pekerjaan dan gambar
secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu pekerjaan yang diperlukan
dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan proyek.
3) Sumber
Daya Manusia (SDM)
Kemampuan dan keahlian yang
dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
4) Perkiraan Iklim
Dan Cuaca
Faktor cuaca juga mempengaruhi
jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang baik karena adanya
hujan.
5) Jenis
Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis
Seperti jenis pekerjaan
penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya proyek, apakah jalan
akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi proyek di tengah hutan
dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan penebasan pohon, land clearing
atau pemindahan tanah.
6) Batasan
Yang Ditentukan.
Daerah dimana pekerjaan kontruksi
tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu wilayah dan abash secara hukum.
7) Peraturan
Pemerintah Daerah
Peraturan yang dibuat dari pemda
setempat karena daerah tersebut berkaitan dengan budaya atau adat dan ijin
lahan dan sebagainya yang menjadi acuan dasar untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
Untuk
dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik
dibutuhkan:
Gambar kerja proyek
|
Data
lokasi proyek berada
|
Rencana
anggaran biaya pelaksanaan proyek
|
Bill
of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan
|
Data
cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
|
Data
jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
|
Metode
kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
|
Data
kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
|
Data
sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia
disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
|
Data
sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke
lokasi proyek.
|
Data
keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu
pembayaran progress dan lain-lain
|
Data
kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor,
material.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar